Orang Indonesia Bertebaran di Melbourne, Australia

Saya pernah menulis blog tentang Australia yang "Indonesia banget". Keyakinan tersebut makin kuat setelah saya bertemu Mas Windo dalam perjalanan saya di Melbourne pada Oktober 2015.


Mas Windo memakai baju merah

Saat itu saya dan teman perjalanan saya, Asri sedang mengunjungi Queen Victoria Market untuk mencari oleh-oleh. Sebenarnya saya sedang mencari penjual (yang saya duga kuat asal Turki) yang sudah dua kali saya beli barang-barangnya saat kunjungan pertama dan kedua saya ke Melbourne. Saya beli di sana karena harganya cukup murah dibandingkan beberapa penjual lain di sekitarnya. 

Hari itu, saya tidak menemukannya. Saya pun lupa lorong lapaknya. Akhirnya saya dan Asri berakhir di suatu lapak yang terlihat punya banyak pilihan souvenir. Saat kami sedang memilih-milih sambil bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia, sang penjual menyapa kami, "cari apa, Mbak?". Sejujurnya saya tidak terlalu kaget karena wajahnya memang Indonesia banget.

Dari situ kami bercakap-cakap. Namanya Windo. Dia berasal dari Jogjakarta. Saat itu, dia sudah tinggal di Melbourne sekitar 10 bulan. Keberadaannya di kota dengan cuaca labil tersebut adalah untuk menemani sang istri yang mengambil kuliah dengan jurusan Public Health di Universitas Melbourne.

"Di sini makanannya susah. Beli kangkung satu ikat kecil seharga 1 AUD cuma bisa sekali makan. Kalau di Jogja kan, lebih murah," jawabnya saat saya tanya apakah dia betah tinggal di Melbourne. 

Saya bahkan nggak tahu bahwa ada kangkung di Melbourne. Harusnya saya menanyakan hal tersebut lebih lanjut kepadanya. Namun saat itu saya lebih terkesan kepada kerelaan Mas Windo untuk meninggalkan bisnis musiknya di Jogja demi menemani istrinya. Untungnya, di Melbourne dia mengambil kursus musik klasik seminggu sekali. Jadi kecintaannya terhadap musik tetap tersalurkan.

Saat tidak belajar musik, dia bekerja sebagai penjual souvenir di Queen Victoria Market. "Ini bukan punya saya. Pemiliknya orang Vietnam. Saya bekerja untuk mereka dari jam 7 pagi sampai 4 sore," ceritanya.

Perbincangan saya dengan Mas Windo berakhir ketika saya dan Asri selesai berbelanja. 

Sebenarnya ini bukan pertamakalinya saya menemukan penjual Indonesia di Queen Victoria Market. Di perjalanan kedua saya ke Melbourne pada Mei 2015, saya juga sempat melihat orang Indonesia yang sedang bercakap-cakap dengan penjual souvenir yang tentunya orang Indonesia juga.

Yap, orang Indonesia bertebaran di Melbourne :)

----------@yanilauwoie----------

Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h




Share:

2 komentar