Perjalanan Mendebarkan ke Mount Hotham, Victoria, Australia

Perjalanan saya ke Mount Hotham terjadi lebih dari satu tahun lalu. Tepatnya di bulan Mei 2015. Namun tiap kali mengingat perjalanan tersebut, saya kembali deg-degan. 


Foto Mount Hotham dari Wikipedia

Berdasarkan contekan dari Wikipedia, Mount Hotham ini berada sejauh 357 kilometer ke arah Timur Laut dari Melbourne. Dengan ketinggian 1.862 meter tempat ini menjadi salah satu tujuan untuk bermain ski saat musim dingin. 

Saya ke sini bersama Trav dengan menggunakan mobil. Tidak bisa menghitung berapa lama tepatnya berkendara dari Melbourne ke sini karena sebelumnya kami mampir dulu ke winery di daerah Milawa. Dari Melbourne City Centre ke Milawa sekitar 2,5 jam dan dari Milawa ke Mount Hotham sekitar 2 jam. 

Perjalanan ke Mount Hotham merupakan salah satu perjalanan yang cukup mendebarkan dalam hidup saya. Pasalnya saat itu hari sudah sore dan akan berganti ke malam. Matahari sudah tidak terlihat. Hujan pun terus menerus turun. Kabut membuat pandangan sedikit terganggu. Seolah tidak cukup mendebarkan berkendara di tengah cuaca buruk, jalanan yang kami lalui pun berkelok-kelok dan hanya cukup untuk dua mobil. 

Saya sibuk berdoa dalam hati agar ban mobil tidak terganggu dengan licinnya jalan. Bukan hanya licin karena air hujan tapi juga karena serpihan-serpihan es yang berada di pinggir jalan. Untungnya es-es tersebut tidak ada di tengah jalan. Saya menduga ada petugas yang merapikan sehingga tidak ada es yang berserakan di tengah jalan. 


Kabut membuat jarak pandang sangat pendek

Sebenarnya saya tidak yakin apakah itu es (yang terbentuk karena udara yang super dingin) atau salju. Agak aneh kalau ada salju di bulan Mei, saat masih musim gugur dan belum musim dingin. Tapi cuaca di bulan Mei tahun itu memang agak berbeda. Saya sempat menonton berita yang menyebutkan salju sudah turun di beberapa area pegunungan di Victoria. Entah salju atau bukan, yang jelas membuat perjalanan ini makin tidak mudah.

Melihat curamnya jalanan di sini, tidak heran bila ada papan peringatan di beberapa titik agar kendaraan tidak melaju melebihi 20 km/jam. Boro-boro mau ngebut, dengan 20 km/jam saja, jantung saya seperti mau copot tiap kali mobil harus berbelok-belok mengikuti jalan sementara lembah terhampar luas di kiri kami. Slip sedikit mobil bisa meluncur ke lembah. 

Untungnya tidak seluruh perjalanan seperti itu. Hanya di 30 menit terakhir yang membuat saya merasa itu 30 menit terlama dalam hidup saya. Begitu akhirnya sampai, saya melihat ada deretan rumah dari kayu. Rumah-rumah ini terlihat gelap. Hanya beberapa saja yang berlampu. Saya menduga ini adalah ski resort. 

Tapi kenapa begitu sepi? Seperti kota tak berpenghuni. Terlihat beberapa bangunan yang tutup. Mungkin karena waktu yang sudah malam dan cuaca buruk membuat orang lebih suka berdiam di dalam resort. Saya sempat melihat ada kereta gantung. Pasti tempat ini terlihat cantik di cuaca yang bagus. Tidak mungkin ada kereta gantung bila tidak ada pemandangan bagus atau aktivitas seru untuk dilakukan, kan?

Di tengah kebingungan harus kemana, tiba-tiba Trav berkata, "Kalau begitu kita pulang aja, deh." Mendengar perkataannya, napas saya tertahan dan jantung saya kembali berdetak lebih cepat. Harus kembali melewati jalanan berkelok penuh es lagi, dong? Ya Tuhaaaan!

Find me at:
LINE: @psl7703h
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie


YouTube: yanilauwoie

Blog Sebelumnya:

Share:

0 komentar