Sensasi Merasakan Hujan Salju di Mount Wellington, Tasmania

Pemandangan dari dalam observation deck

Pertama kali saya bertemu salju adalah saat saya mengunjungi Korea Selatan pada tahun 2012. Tapi saat itu tidak hujan salju. Saljunya sudah ada di tanah. Nah, sekitar dua bulan lalu akhirnya saya merasakan sensasi hujan salju yang bikin saya berkata: luar biasa!

Mount Wellington masuk ke dalam daftar yang akan saya datangi ketika saya menyusun itinerary sebelum keberangkatan saya ke Hobart, Tasmania pada Agustus 2017. Banyak yang heran kenapa saya jalan-jalan ke Tasmania di saat musim dingin. Karena suhu udara yang bikin menggigil bisa membuat acara jalan-jalan saya tidak maksimal.

Sebenarnya perjalanan ini adalah perjalanan impulsif. Suatu malam saya melihat iklan promo tiket Tigerair murah. Alhasil malam itu juga saya memesan tiket Melbourne - Hobart PP seharga 78 AUD. Ya bukan tanpa alasan kan, kenapa tiket ke Hobart murah saat musim dingin? Hehehe.

Saya tahu di Mount Wellington udara pasti akan lebih menggigil daripada di kota Hobart karena itu saya memutuskan untuk memesan half day tour ketika saya sudah sampai Hobart. Maksudnya biar saya bisa mengecek ramalan cuaca sebelum pergi ke Mount Wellington. Akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Mount Wellington pada Jum'at, 11 Agustus 2017, satu hari setelah kedatangan saya ke Hobart. Saya pede karena melihat ramalan cuaca akan cerah pada hari itu. 

Saya pun menelepon Hobart Shuttle Bus Company dan mendapatkan kursi untuk perjalanan ke Mount Wellington pada hari yang saya inginkan. Harga turnya 30 AUD selama kurang lebih dua jam. Saat menunggu di pick up point yang terletak di Tasmanian Travel & Information Centre yang terletak di sudut Davey dan Elizabeth Street, saya melihat cuaca cerah. Perasaan saya pun mulai membuncah. Yakin saya akan melihat pemandangan kota Hobart dari ketinggian sekitar 1000-an meter.

Keyakinan tersebut perlahan pupus meskipun tak benar-benar hilang ketika sang sopir sekaligus pemandu kami (saat itu peserta tur ada 6 orang termasuk saya) memperingati untuk jangan kecewa kalau cuaca tidak bersahabat di atas sana. Hal ini mungkin saja terjadi mengingat labilnya cuaca di Hobart dan sekitarnya, termasuk Mount Wellington.

Mobil mulai berangkat sekitar pukul 10.15, sesuai waktu yang ditentukan. Perjalanan sekitar 35 menit sungguhlah tidak terasa karena pemandangan menuju gunung yang memiliki ketinggian 1.271 meter ini sungguhlah indah. Di sepanjang jalan saya dihadapkan oleh pemandangan kota Hobart, pepohonan, dan Mount Wellinton itu sendiri. Perjalanan ini sudah menjadi atraksi wisata sendiri.  

Begitu laju mobil menjadi pelan menuju tempat parkir, saya sudah tidak sabar untuk segera keluar dari mobil. Tapi perasaan tidak sabar berubah menjadi kaget ketika saya mulai melihat butiran-butiran putih di balik jendela mobil. Perhatian saya teralihkan ketika mendengar sang sopir memberitahu bahwa saju turun. Apa??

Saat mendengar itu perasaan saya campur aduk antara senang melihat salju tapi juga tahu bahwa hal ini akan menghambat trip ini. Begitu saya melangkahkan kaki ke luar, salju yang turun makin banyak. Saya dan seluruh peserta tur pun langsung berjalan cepat menuju observation deck yang ada di depan kami. 

Di dalam observation deck saya mengamati butiran salju yang turun dari balik kaca yang sangat lebar. Saya tiba-tiba teringat suasana di film-film Hollywood, di mana sang bintang utama melihat salju turun dari balik jendela rumahnya dengan memegang secangkir cokelat. Sayangnya saat itu tidak ada cokelat, saya hanya memegang handphone yang saya gunakan terus menerus untuk memotret. 

Tanpa terasa waktu sekitar 20 menit yang dijatahkan oleh sang pemandu habis sudah tanpa saya bisa kemana-mana. Saya lihat teman-teman peserta trip satu per satu keluar dari observation deck dan berjalan menuju mobil. Saya menjadi peserta terakhir yang keluar dari observation deck. Begitu saya keluar, ya Tuhan dinginnya sungguh tak terkatakan. Jauh lebih dingin dari sebelumnya. Saking dinginnya saya sampai tak bisa merasakan tangan saya yang padahal sudah dilapisi sarung tangan. Angin bertiup kencang dan butiran-butiran salju menampar-nampar wajah saya. Saya tidak sangka, salju yang terlihat fragile dan indah, ternyata sesakit ini bila mengenai wajah. 

Saya pun mengambil sunglasses untuk melindungi mata saya dari tamparan butiran salju. Tempat kacamata yang terbuat dari bahan tipis saya selipkan seadanya ke dalam tas kecil saya. Tahu-tahu di menit berikutnya tempat kacamata yang berwarna pink dengan bahan kain jumputan Palembang itu melayang tertiup angin. Hiks!
A post shared by Yani Lauwoie (@yanilauwoie) on


Perjalanan dari observation deck ke tempat parkir harusnya hanya sekitar 1 menit saja. Tapi dengan angin yang luar biasa kencang dan jalanan bersalju yang licin membuat saya merasa tidak sampai-sampai ke tujuan. Karena itu, begitu akhirnya saya sampai mobil, para peserta tur langsung menyambut gembira dengan menyoraki saya. Wah, saya nggak sadar kalau usaha saya jalan super pelan itu diperhatikan mereka dari dalam mobil. Hehehe. 

Begitu saya sampai dalam mobil, saya bilang sama mereka, "Saya bahkan nggak punya foto diri di sini." Sang pemandu dengan baiknya berkata, "Ayo saya bantu foto." Dia yang memakai celana pendek keluar dari mobil dan berdiri di tengah hujan salju. Sayangnya kamera saya tiba-tiba mati dan usaha foto di tengah hujan salju pun batal.

"Handphone kamu dari negara tropis sih, jadinya nggak tahan dingin," katanya bercanda. "Handphone saya bukan dari Indonesia. Ini buatan Korea," jawab saya yang langsung disambut tawa sang pemandu dan seluruh peserta tur.  

Menuju pulang, sang pemandu meminta maaf untuk cuaca yang kurang bersahabat. "Tapi setidaknya kamu dapat pengalaman," begitu katanya. Hmm, saya setuju dengan dia. Kalau yang saya cari adalah pemandangan kota Hobart (dan bahkan Tasmania) dari ketinggian maka kunjungan saya ke sana menjadi sia-sia karena sepanjang mata memandang saya hanya bisa melihat warna putih. Namun sebagai gadis tropikal, mengalami hujan salju adalah salah satu pengalaman paling luar biasa dalam hidup saya. Ternyata 'dicium' salju sakit sekaligus indah. Macam cinta. Hahahahaha.




Share:

0 komentar