People Do Stupid Things when Traveling

Banyak hal bodoh yang terjadi pada saya saat traveling. Rata-rata sih, karena ketidaktahuan atau terburu waktu yang membuat saya melakukan hal-hal yang kalau diingat lagi setelahnya membuat saya berpikir, "kok bisa sih, gue melakukan hal itu?" Nah salah satu kebodohan yang belum lama ini saya lalukan adalah ketika saya dan teman saya, Asri berplesiran pada Oktober 2015 lalu.

Pagi itu, saya dan Asri menggeret-geret koper dari Tune Hotel KLIA 2 (tempat kami transit semalam), Kuala Lumpur, Malaysia menuju terminal keberangkatan. Tujuan kami adalah terbang dengan pesawat AirAsia menuju Perth, Australia. Sampai di pintu terminal keberangkatan kami melihat giant screen yang berisikan semua jadwal penerbangan. Mata kami pun menangkap: AirAsia - D7 232 - Perth - Q10. Tanpa membuang waktu, kami pun langsung berjalan menuju arah gate Q. Dalam benak kami di situ lah counter check in di mana kami harus menaruh koper kami.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, saya mulai merasa curiga bahwa Q10 yang dimaksud adalah gate untuk boarding, bukan untuk check in. "Nggak ah. Itu buktinya orang-orang juga masih pada bawa kopernya," ucap Asri saat saya mengungkapkan kekhawatiran saya. Namun saat kaki terus melangkah dan kami sampai pada koridor yang bertuliskan Q1 dan seterusnya, saat itu lah kami sadar bahwa kekhawatiran saya akan segera terbukti.

Pikiran saya pun langsung sibuk. Apa yang akan saya lakukan dengan koper 13 kg saya apabila mereka menolaknya. Solusi paling cepat yang terpikirkan oleh saya adalah membongkar koper dan membuang sebagian barang bawaan saya sehingga beratnya menjadi 7 kg, sesuai ketentuan yang diberlakukan maskapai AirAsia untuk koper yang boleh masuk kabin. Tapi PR selanjutnya adalah barang apa saja yang akan saya buang? Lalu apakah petugas tetap mengijinkan kami masuk dengan koper yang ukurannya melebihi ukuran koper kabin? Mendekati Q10, jantung saya pun berdegup kencang. Pasrah menunggu nasib apa yang akan dikenakan kepada koper saya oleh petugas. 


Counter check in AirAsia sebanyak ini tidak terlihat sebelumnya oleh saya dan Asri ;p

Setelah sekitar 30 menit berjalan, kami pun sampai di Q10. Petugas wanita sedang merobek potongan boarding pass para penumpang dan mempersilakan mereka masuk ke ruang tunggu. Untung kami sudah punya boarding pass (karena sudah web check in sejak di Jakarta). Lalu begitu tiba giliran kami, kurang lebih seperti ini percakapan kami dengan petugas wanita tersebut:
Asri: "Where we should put our bags?"
Petugas: "Up stair, level 3 at check in counter." (Mimik wajahnya priceless. Seolah-olah berkata, "Kok bisa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya?")
Saya: "Do we have time to go back there?" (Logikanya dibutuhkan paling sedikit 1 jam untuk ke counter check in dan kembali ke gate)
Petugas: "No"
Saya: "So what should we do?"

Petugas tersebut kemudian bertanya kepada rekannya yang seorang pria sambil berkata dalam bahasa Melayu, "Mereke tak jumpe counter check in." Lalu keduanya meminta boarding pass kami. Dari situ diketahui bahwa kami memang punya jatah bagasi 20 kg. Akhirnya koper kami dipasangkan tag bagasi. Tag yang awalnya bertuliskan Busan diganti menjadi Perth oleh petugas wanita tersebut. Dia menggantinya dengan pulpen melalui tulisan tangannya. Lalu mereka bilang agar kami meninggalkan koper-koper kami ke petugas di depan pintu masuk pesawat.

Namun kenyataannya kami bisa membawa masuk koper-koper kami untuk diletakkan di kabin. Meskipun pramugari yang menyambut kami di pintu masuk pesawat sempat memberikan tatapan bingungnya setelah mendengar bahwa kami tidak menemukan counter check in. 

Pffffuuuih.. Saya dan Asri beruntung kami sudah web check in, beruntung juga bawa koper yang masih bisa masuk kabin dan lebih beruntung dipertemukan dengan petugas-petugas AirAsia yang berbaik hati memaklumi kebodohan kami :)


----------@yanilauwoie----------


Find me at:
Instagram: yanilauwoie
Twitter: yanilauwoie
YouTube: yanilauwoie
LINE: @psl7703h

Blog Sebelumnya:

Share:

0 komentar